Stevani E Yuswani

Stevani E Yuswani

Senin, 31 Oktober 2011

6.MANUSIA DAN PENDERITAAN

Bila suatu saat kita dihadapkan pada pertanyaan “siapa musuh besarmu” ,mala jawabnya adalah apa yang akan kita berikan.mungkin kita akan mengatakan peperangan ,kejahatan ,penyakit ,kemelataran ataupun kelaparan sebagai musuh besar kita. Tetapi menurut Dr.Orison Swett Marden dalam bukunya menindas wasangka dan rasa takut, semua hal di atas (peperangan dan sebaginya) meski bagaimanapun hebatnya belumlah boleh kita namankan musuh terbesar manusia ,karena menurut ahli ini ada sesuatu yang lebih merupakan musuh utama manusia adalah RASA TAKUT.
Kita masih normal bila kita merasa sedikit takut atau tidak enak berjejal di bus, yang penuh sesak, berada di puncak bangunan tinggi, sendirian di rumah pada malam hari atau sedang menghadapi ujian. Kita menjadi seorang phobia bila rasa takut telah begitu meluap dan mempengaruhi kita secara tidak wajar. Penderitaan yang paling parah adalah mereka yang takut akan hal-hal atau keadaan yang biasa. Kita sering sadar bahwa apa yang kita takuti sama sekali tidak berbahaya tetapi kita masih merasa panik bila menghadapinya.

CLAUSTROPHOBIA DAN AGORAPHOBIA
Kedua jenis phobia ini adalah yang paling di kenal dan paling biasa. Claustrophobia adalah rasa takut terhadap ruang tertutup, sesuatu yang agak mudah di mengerti dan dengan mana kita dapat bersimpati. Sedang agoraphobia lebih sukar diterangkan dan dimengerti. Tetapi itu hanya sebagian dari agoraphobia. Dalam bahasa yunani kuno, agora berarti tempat pertemuan umum dan agoraphobia secara lebih jauh dapat diterangkan sebagai ketakutan akan tempat umum. Penderita agoraphobia takut pergi dan berada diantara orang-orang banyak. Tanpa perawatan pengobatan, penderita ini dapat menjadi begitu gugup sehingga mereka takut pergi keluar rumah mereka sendiri. Kebanyakan dari penderita-penderita ini terdiri dari wanita-wanita dan mereka kadang-kadang terikat pada rumah-rumah mereka sampai bertahun-tahun.
                                             BAGIAN KEDUA     
 Manusia adalah makhluk social yang mengalami bermacam-macam liku kehidupan. Di mana di dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya akan selalu tergantung dengan manusia lain.
Dalam usahanya untuk hidup, manusia sering mengalami kegagalan. Entah kegagalan dalam belajar, berkarya, bergaul ataupun kegagalan dalam bercinta. Dal;am menghadapi kegagalan tersebut ,tergantung dari manusianya sendiri. Ada yang telah mempersiapkan segala sesuatunya termasuk kegagalan tersebut, sehingga orang tersebut, tergantung dari manusia sendiri. Ada yang telah mempersiapkan segala sesuatunya termasuk kegagalan tersebut, sehingga orang tersebut tidak terlalu kecewa denga hasil perbuatannya itu. Ia menganggap bahwa kegagalan adalah yang wajar dan itu di anggap sebagai sebagai suatau pengalaman. ,dan mungkin ia percaya bahwa pengalaman adalah pelajaran yang paling baik di dalam kehidupan ini. Di lain pihak,  ada yang menganggap bahwa kegagalan itu merupakan pengalaman yang paling pahit dalam hidupnya. Ia selalu memikirkan kegagalan tersebut dan ia merasa kecewa dan tidak puas dengan hasil yang telah ia perbuat. Dalam keadaan demikian, ia selalu berfikir yang tidak-tidak dan terlalu menurutkan emosinya. Anak yang tidak mempunyai pegangan hidup, ia merasa seolah-olah dirinya tidak berfungsi lagi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anak tersebut mengalami Frustasi.
Istilah frustasi bagi kita dewasa ini bukan lagi merupakan suatu istilah baru yang masih asing. Namun sudah terasa sangat popular dalam kehidupan kita. Oleh karenanya, kadang-kadang diantara kita baik secara sengaja maupun tidak, terjadi salah pemakaian istilah tersebut pada porsi yang sebenarnya.
Hal ini harus disadari bersama, sebab lahirnya istilah ini bukan dari bahasa kita sendiri dan pemakaiannyapun tidak sembarang tempat dapat dipakai istilah ini sehingga sering terjadi kesalah pemakaian yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan yang sebenarnya secara teoritis.
Menurut pendapat Dr.Zakiah Darajat “Frustasi merupakan suatu proses yang menyebabkan orang merasa akan adanya hambatan terhadap terpenuhinya kebutuhan-kebutuhannya atau menyangka bahwa akan terjadi sesuatu hal yang menghalangi keinginannya”. 
Dari sini dapat dianalisis, bahwa seseorang dapat mengalami suatu frustasi, bila objek dan tujuan tidak tercapai karena satu atau beberapa hal yang menghalanginya. Namum perlu diketahui bahwa frustasi dapat menimbulkan reaksi yang positi bila menguntungkan dan reaksi yang negative dan destruktif  jika situasinya merugikan.

Sumber :  Buku ILMU BUDAYA DASAR M.Habib Mustopo 

NPM 16511898


1 komentar:

  1. tak ada manusia yang luput dari penderitaan.memang itu merupakan variasi kehidupan agar kita bisa mengerti hakikat kehidupan

    BalasHapus