Stevani E Yuswani

Stevani E Yuswani

Senin, 31 Oktober 2011

2.MANUSIA DAN KEBUDAYAAN



Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia juga termasuk binatang, khususnya binatang menyusui. Namun karena manusia sadar akan kelebihannya daripada binatang dan supaya lebih terasa sifat manusiawinya, maka dalam ilmu pengetahuan, manusia dipisahkan dari binatang. Menurut kelasnya, manusia memang merupakan salah satudari mamalia ,tetapi menurut sukunya , manusia merupakan primat yang berarti pertama. Menurut subsukunya, manusia termasuk anthropoid (antrophos berarti manusia), kemudian menurut infrasukunya, manusia termasuk hominoid yang berada dalam satu kelompok bersama kera-kera besar .dalam keluarga, manusia termasuk hominidae, manusia sudah merupakan kelompok sendiri. Menurut jenisnya, manusia merupakan homo sapiens yang berarti makhluk cerdas dan bijaksana. Ditingkat hominidae dan lebih- lebih sebagai sapiens, manusia sudah mampu menciptakan kebudayaan.  Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
1.ASPEK- ASPEK MANUSIA
Secara mudah manusia dapat dikatakan bahwa manusia terdiri atas dua aspek: tubuh dan jiwa. Tubuh yang tidak disertai jiwa bukanlah tubuh manusia, tetapi mayat.sebaliknya jiwa tanpa tubuh dikayakan setan atau jin. Sehingga yang dapat disebut sebagai manusia haruslah mempunyai aspek tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
Tubuh atau jasmani bersifat materi, dapat dilihat, diraba , dan dirasa sehingga wujudnya nyata atau konkret. Sedangkan jiwa bersifat abadi karena begitu jiwa meninggalkan tubuh, maka ia akan kembali ke asalnya, yaiutu Tuhan secara abadi dan tidak mengalami kehancuran.
Jiwa tidak tampak oleh mata karena sifatnya yang abstrak, telah lama diketahui oleh manusia. Penggambaran bentuk analogi jiwa yang sifatnya abstrak :
Tubuh dan jiwa dapat diperbandingkan dengan rumah dan penghuninya. Rumah yang dibuat oleh manusia, tetapi tidak digunakan memberikan kesan angker, emnakutkan, seperti takutnya menusia kepada jenazah yang sudah tidak berjiwa.sebaliknya manusia tanpa rumah juga menakutkan orang lain karena kemungkinan ia dapat berbuat jahat. Dapat pula kita bandingkan antara kapal dan nahkodanya. Ada kapal tanpa nahkoda maka itu tidak menentu arahnya, dapat terombang- ambing oleh gelombang laut. Sebaliknya nahkoda tanpa kapal, tidak berfungsi sebagai nahkoda yang harus mengemudikan kapal. Kapal seperti tubuh, sedangkan nahkoda sebagai jiwa yang mengendalikan jiwa.
 Melihat peran dan fungsinya dari kedua aspek yang saling berkaitan tersebut, tidaklah mudah menetukan aspek yang lebih penting : tubuh atau jiwa ? tidak adanya kesatuan bahasa dan pandangan, timbullah tiga aliran berikut ;
1.Aliran materialism
2.Aliran spiritualisme
3.Aliran dualism
KEBUDAYAAN
Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa sansakerta yang berarti akal, kemudian menjadi kata budhi(tunggal) dan budhaya( majemuk), sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kebudayaan berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah akal yang merupakan unsure rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai unsure jasmani, sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia.
Hubungan Manusia dengan Kebudayaan

Manusia dan kebudayaan pada hakekatnya memiliki hubungan yang sangat erat, dan hampir semua tindakan dari seorang manusia itu adalah merupakan kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai
1) penganut kebudayaan,
2) pembawa kebudayaan,
3) manipulator kebudayaan, dan
4) pencipta kebudayaan.

Disamping itu, kebudayaan manusia itu menciptakan suatu keindahan yang biasa kita sebut dengan suatu seni. Keindahan/seni dibutuhkan oleh setiap manusia agar kehidupan yang dijalaninya menjadi indah sentosa.
Manusia dan keindahan/seni memang tak bisa dipisahkan sehingga diperlukan pelestarian bentuk keindahan yang dituangkan dalam berbagai bentuk kesenian (seni rupa, seni suara maupun seni pertunjukan) yang nantinya manjadi bagian dari kebudayaannya yang dapat dibanggakan dan mudah-mudahan terlepas dari unsur politik.


               Buku ILMU BUDAYA DASAR Drs.Supartono W.,M.M
               Buku ILMU BUDAYA DASAR M.Habib Mustopo 

NPM 16511898




Tidak ada komentar:

Posting Komentar