NAMA : STEVANI ELOK
NPM : 16511898
Erich
Fromm lahir di Frankfurt, Jerman pada tanggal 23 Maret 1900. Ia belajar
psikologi dan sosiologi di University Heidelberg, Frankfurt, dan Munich.
Setelah memperoleh gelar Ph.D dari Heidelberg tahun 1922, ia
belajar psikoanalisis di Munich dan pada Institut
psikoanalisis Berlin yang terkenal waktu itu. Tahun 1933 ia
pindah ke Amerika Serikat dan mengajar di Institut psikoanalisis Chicago dan
melakukan praktik privat di New York City. Ia pernah mengajar pada
sejumlah universitas dan institut di negara ini dan di Meksiko. Terakhir, Fromm
tinggal di Swiss dan meninggal di Muralto, Swiss pada tanggal 18 Maret 1980.
Fromm sangat dipengaruhi oleh
tulisan-tulisan Karl Marx, terutama oleh karyanya yang pertama, The
economic philosophical manuscripts yang ditulis pada tahun 1944. Tema
dasar ulisan Fromm adalah orang yang merasa kesepian dan terisolasi karena ia
dipisahkan dri alam dan orang-orang lain. Kedaan isolasi ini tidak ditemukan
dalam semua spesies binatang, itu adalah situasi khas manusia. Berikut ini kita
akan mengulas lebih dalam mengenai teori-teori Fromm.
TEORI
KEPRIBADIAN ERICH FROMM
Sebelum mengulas tentang teori
kepribadian dari Fromm, beberapa pengalaman mempengaruhi pandangan Fromm,
antara lain pada umur 12 tahun ia menyaksikan seorang wanita cantik dan
berbakat, sahabat keluarganya, bunuh diri. Fromm sangat terguncang karena
kejadian itu. Tidak ada seorang yang memahami mengapa wanita tersebut memilih
bunuh diri. Ia juga mengalami sebagai anak dari orangtua yang neurotis. Ia hidup
dalam satu rumah tangga yang penuh ketegangan. Ayahnya seringkali murung,
cemas, dan muram. Ibunya mudah menderita depresi hebat. Tampak bahwa Fromm
tidak dikelilingi pribadi-pribadi yang sehat. Karena itu, masa kanak-kanaknya
merupakan suatu laboratorium yang hidup bagi observasi terhadap tingkah laku
neurotis. Peristiwa ketiga adalah pada umur 14 tahun Fromm melihat
irrasionalitas melanda tanah airnya, Jerman, tepatnya ketika pecah perang dunia
pertama. Dia menyaksikan bahwa orang Jerman terperosok ke dalam suatu fanatisme
sempit dan histeris dan tergila-gila. Teman-teman dan kenalan-kenalannya
terpengaruh. Seorang guru yang sangat ia kagumi menjadi seorang fanatik yang
haus darah. Banyak saudara dan teman-temannya yang meninggal di parit-parit
perlindungan. Ia heran mengapa orang yang baik dan bijaksana tiba-tiba menjadi
gila. Dari pengalaman-pengalaman yang membingungkan ini, Fromm mengembangkan
keinginan untuk memahami kodrat dan sumber tingkah laku irasional. Dia menduga
hal itu adalah pengaruh dari kekuatan sosio-ekonomis, politis, dan historis
secara besar-besaran yang mempengaruhi kodrat kepribadian manusia.
Fromm sangat dipengaruhi oleh
tulisan Karl Marx, terutama oleh karyanya yang pertama, The Economic
and Philosophical Manuscripts yang ditulis pada tahun 1944. Fromm
membandingkan ide-ide Freud dan Marx, menyelidiki kontradiksi-kontradiksinya
dan melakukan percobaan yang sintesis. Fromm memandang Marx sebagai pemikir
yang lebih ulung daripada Freud dan menggunakan psikoanalisa, terutama untuk mengisi
celah-celah pemikiran Marx. Pada tahun 1959, Fromm menulis analisis yang sangat
kritis bahkan polemis tentang kepribadian Freud dan pengaruhnya, sebaliknya
berbeda sekali dengan kata-kata pujian yang diberikan kepada Marx pada tahun
1961. Meskipun Fromm deapat disebut sebagai seorang teoritikus kepribadian
Marxian, ia sendiri lebih suka disebut humanis dialetik. Tulisan-tulisan Fromm
dipengaruhi oleh pengetahuannya yang luas tentang sejarah, sosiologi,
kesusastraan, dan filsafat.
Tema dasar dari dasar semua tulisan
Fromm adalah individu yang merasa kesepian dan terisolir karena ia dipisahkan
dari alam dan orang-orang lain. Keadaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua
spesies binatang, itu adalah situasi khas manusia. Dalam bukunya Escape from
Freedom (1941), ia mengembangkan tesis bahwa manusia menjadi semakin bebas dari
abad ke abad, maka mereka juga makin merasa kesepian (being lonely). Jadi,
kebebasan menjadi keadaan yang negatif dari mana manusia melarikan diri. Dan
jawaban dari kebebasan yang pertama adalah semangat cinta dan kerjasama yang
menghasilkan manusia yang mengembangkan masyarakat yang lebih baik, yang kedua
adalah manusia merasa aman dengan tunduk pada penguasa yang kemudian dapat
menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Dalam buku-buku Fromm berikutnya
(1947, 1955, 1964), dikatakan bahwa setiap masyarakat yang telah diciptakan
manusia, entah itu berupa feodalisme, kapitalisme, fasisme, sosialisme, dan
komunisme, semuanya menunjukkan usaha manusia untuk memecahkan kontradiksi
dasar manusia. Kontradiksi yang dimaksud adalah seorang pribadi merupakan
bagian tetapi sekaligus terpisah dari alam, merupakan binatang sekaligus
manusia. Sebagai binatang, orang memiliki kebutuhan-kebutuhan fisik tertentu
yang harus dipuaskan. Sebagai manusia, orang memiliki kesadaran diri, pikiran
dan daya khayal. Pengalaman-pengalaman khas manusia meliputi perasaan lemah
lembut, cinta, perasaan kasihan, sikap-sikap perhatian, tanggung jawab,
identitas, intergritas, bisa terluka, transendensi, dan kebebasan, nilai-nilai
serta norma-norma. Kemudian teori Erich Fromm mengenai watak masyarakat
mengakui asumsi transmisi kebudayaan dalam hal membentuk kepribadian tipikal
atau kepribadian kolektif. Namun Fromm juga mencoba menjelaskan fungsi-fungsi
sosio-historik dari tipe kepribadian tersebut yang menghubungkan kebudayaan
tipikal dari suatu kebudayaan obyektif yang dihadapi suatu masyarakat. Untuk
merumuskan hubungan tersebut secara efektif, suatu masyarakat perlu
menerjemahkannya ke dalam unsur-unsur watak (traits) dari individu anggotanya
agar mereka bersedia melaksanakan apa yang harus dilakukan.
Fromm membagi sistem struktur
masyarakat menjadi tiga bagian berdasar karakter sosialnya:
1. Sistem
A, yaitu masyarakat-masyarakat pecinta kehidupan. Karakter sosial masyarakat ini
penuh cita-cita, menjaga kelangsungan dan perkembangan kehidupan dalam segala
bentuknya. Dalam sistem masyarakat seperti ini, kedestruktifan dan kekejaman
sangat jarang terjadi, tidak didapati hukuman fisik yang merusak. Upaya kerja
sama dalam struktur sosial masyarakat seperti ini banyak dijumpai.
2. Sistem
B, yaitu masyarakat non-destruktif-agresif. Masyarakat ini memiliki unsur dasar
tidak destruktif, meski bukan hal yang utama, masyarakat ini memandang
keagresifam dan kedestruktifan adalah hal biasa. Persaingan, hierarki merupakan
hal yang lazim ditemui. Masyarakat ini tidak memiliki kelemah-lembutan, dan
saling percaya.
3. Sistem C, yaitu masyarakat
destruktif. Karakter sosialnya adalah destruktif, agresif, kebrutalan, dendam,
pengkhianatan dan penuh dengan permusuhan. Biasanya pada masyarakat seperti ini
sangat sering terhadi persaingan, mengutamakan kekayaan, yang jika bukan dalam
bentuk materi berupa mengunggulkan simbol.
Fromm juga menyebutkan dan
menjelaskan lima tipe karakter sosial yang ditemukan dalam masyarakat dewasa
ini, yakni:
1. Tipe Reseptif (mengharapkan
dukungan dari pihak luar)
2. Tipe Eksploitasi (memaksa orang
lain untuk mengikuti keinginannya)
3. Tipe Penimbunan (suka
mengumpulkan dan menimbun barang suatu materi)
4. Tipe Pemasaran (suka menawarkan
dan menjual barang)
5. Tipe Produktif (karakter yang
kreatif dan selalu berusaha untuk menggunakan barang-barang untuk suatu
kemajuan)
6. Tipe Nekrofilus-biofilus
(nekrofilus orang yang tertarik dengan kematian, biofilus:orang yang mencintai
kehidupan)
Fromm juga memngemukakan bahwa bila
masyarakat berubah secara mendasar, sebagaimana terjadi ketika feodalisme
berubah menjadi kapitalisme atau ketika sistem pabrik menggeser tenaga tukang,
perubahan semacam itu akan mengakibatkan perubahan-perubahan dalam karakter
sosial manusia. Persoalan hubungan seseorang dengan masyarakat merupakan
keprihatinan besar Fromm. Menurut Fromm ada validitas proposisi-proposisi
berikut:
1) Manusia mempunyai kodrat
esensial bawaan,
2) Masyarakat diciptakan oleh
manusia untuk memenuhi kodrat esensial ini,
3) Tidak satu pun bentuk masyarakat
yang pernah diciptakan berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar eksistensi
manusia, dan
4) Eksistensi manusia adalah
mungkin menciptakan masyarakat semacam itu.
Kemudian Fromm mengemukakan tentang
masyarakat yang seharusnya yaitu dimana manusia berhubungan satu sama lain
dengan penuh cinta, dimana ia berakar dalam ikatan-ikatan persaudaraan dan
solidaritas, suatu masyarakat yang memberinya kemungkinan untuk mengatasi
kodratnya dengan menciptakannya bukan dengan membinasakannya, dimana setiap
orang mencapai pengertian tentang diri dengan mengalami dirinya sebagai subjek
dari kemampuan-kemampuannya bukan dengan konformitas, dimana terdapat suatu
sistem orientasi dan devosi tanpa orang perlu mengubah kenyataan dan memuja
berhala. Bahkan Fromm mebgusulkan suatu nama untuk masyarakat yang sempurna
tersebut yaitu Sosialisme Komunitarian Humanistik. Dalam masyarakat semacam
itu, setiap orang akan memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi mansiawi
sepenuhnya.
KONDISI
EKSISTENSI MANUSIA
Dilema
Eksistensi
Mengikuti filsafat dualism, semua
gerak di dunia dilatarbelakangi oleh pertentangan dua kelompok ekstrim, tesa
dan antitesa. Pertentangan itu akan menimbulkan sintesa, yang pada dasarnya
dapat dipandang sebagai teas baru yang akan memunculkan antitesa yang lain.
Itulah dinamika yang tidak pernah berhenti bergerak.
Menurut Fromm, hakekat manusia juga
bersifat dualistik. Paling tidak ada empat dualistik di dalam diri manusia:
a. Manusia sebagai binatang dan
sebagai manusia
Manusia
sebagai binatang memiliki banyak kebutuhan fisiologik yang harus dipuaskan,
seperti kebutuhan makan, minum, dan kebutuhan seksual. Manusia sebagai manusia
memiliki kebutuhan kesadaran diri, berfikir, dan berimajinasi. Kebutuhan
manusia itu terwujud dalam pengalaman khas manusia meliputi perasaan lemah
lembut, cinta, kasihan, perhatian, tanggung jawab, identitas, intergritas,
sedih, transendensi, kebebasan, nilai, dan norma.
b. Hidup dan mati
Kesadaran
diri dan fikiran manusia telah mengetahui bahwa dia akan mati, tetapi manusia
berusaha mengingkarinya dengan meyakini adanya kehidupan sesudah mati, dan
usaha-usaha yang tidak sesuai dengan fakta bahwa kehidupan akan berakhir dengan
kematian.
c. Ketidaksempurnaan dan
kesempurnaan
Manusia
mampu mengkonsepkan realisasi-diri yang sempurna, tetapi karena hidup itu
pendek kesempurnaan tidak dapat dicapai. Ada orang berusaha memecahkan dikotomi
ini melalui mengisi rentang sejarah hidupnya dengan prestasi di bidang
kemanusiaan, dan ada pula yang meyakini dalil kelanjutan perkembangannya
sesudah mati.
d. Kesendirian dan kebersamaan
Manusia
adalah pribadi yang mandiri, sendiri, tetapi manusia juga tidak bisa menerima
kesendirian. Manusia menyadari diri sebagai individu yang terpisah, dan pada
saat yang sama juga menyadari kalau kebahagiaannya tergantung kepada
kebersamaan dengan orang lain. Dilema ini tidak pernah terselesaikan, namun
orang harus berusaha menjembatani dualism ini, agar tidak menjadi gila.
Dualisme-dualisme itu, aspek binatang dan manusia, kehidupan dan kematian,
ketidaksempurnaan dan kesempurnaan, kesendirian dan kebersamaan, merupakan
kondisi dasar eksistensi manusia. Pemahaman tentang jiwa manusia harus berdasarkan
analisis tentang kebutuhan-kebutuhan manusia yang berasal dari kondisi-kondisi
eksistensi manusia.
Kondisi yang dibawa dari lahir
antara tesa-antitesa eksistensi manusia, disebut dilema eksistensi. Di satu
sisi manusia berjuang untuk bebas, menguasai lingkungan dengan hakekat
kemanusiaannya, di sisi lain kebebasan itu memperbudak manusia dengan
memisahkan hakekat kebinatangan dari akar-akar alaminya. Dinamika kehidupan
bergerak tanpa henti seolah-olah manusia bakal hidup abadi, setiap orang tanpa
sadar mengingkari kematian yang baka dan berusaha bertahan di dunia yang fana.
Mereka menciptakan cita-cita ideal yang tidak pernah dapat dicapai, mengejar
kesempurnaan sebagai kompensasi perasaan ketidaksempurnaan. Anak yang berjuang
untuk memperoleh otonomi diri mungkin menjadi dalam kesendirian yang membuatnya
merasa tidak berdaya dan kesepian; masyarakat yang berjuang untuk merdeka
mungkin merasa lebih terancam oleh isolasi dari bangsa lain. Dengan kata lain,
kemandirian dan kebebasan yang diinginkan malahan menjadi beban. Ada dua cara
menghindari dilema eksistensi yaitu:
1. Menerima
otoritas dari luar dan tunduk kepada penguasa dan menyesuaikan diri dengan
masyarakat. Manusia menjadi budak (dari penguasa negara) untuk mendapatkan
perlindungan/rasa aman.
2. Orang
bersatu dengan orang lain dalam semangat cinta dan kerja sama, menciptakan
ikatan dan tanggung jawab bersama dari masyarakat yang lebih baik.
KEBUTUHAN
MANUSIA
Umumnya kata “kebutuhan” diartikan
sebagai kebutuhan fisik, yang oleh Fromm dipandang sebagai kebutuhan aspek
kebinatangan dari manusia, yakni kebutuhan makan, minum, seks, dan bebas dari
rasa sakit. Kebutuhan manusia dalam arti kebutuhan sesuai dengan eksistensinya
sebagai manusia, menurut Fromm meliputi dua kelompok kebutuhan; pertama kebutuhan
untuk menjadi bagian dari sesuatu dan menjadi otonom, yang terdiri dari
kebutuhan Relatedness, Rootedness, Transcendence, Unity, dan Identity. Kedua,
kebutuhan memahami dunia, mempunyai tujuan dan memanfaatkan sifat unik manusia,
yang terdiri dari kebutuhan Frame of orientation, frame of devotion,
Excitation-stimulation, dan Effectiveness.
Kebutuhan
Kebebasan dan Keterikatan
1. Keterhubungan
(relatedness): Kebutuhan mengatasi perasaan kesendirian dan terisolasi dari
alam dan dari dirinya sendiri. Kebutuhan untuk bergabung dengan makhluk lain
yang dicintai,menjadi bagian dari sesuatu. Keinginan irasional untuk
mempertahankan hubungan yang pertama, yakni hubungan dengan ibu, kemudian
diwujudkan ke dalam perasaan solidaritas dengan orang lain. Hubungan paling
memuaskan bisa positif yakni hubungan yang didasarkan pada cinta, perhatian,
tanggung jawab, penghargaan, dan pengertian dari orang lain,bisa negatif yakni
hubungan yang didasarkan pada kepatuhan atau kekuasaan.
2. Keberakaran
(rootedness): Kebutuhan keberakaran adalah kebutuhan untuk memiliki
ikatan-ikatan yang membuatnya merasa nyaman di dunia (merasa seperti di
rumahnya). Manusia menjadi asing dengan dunianya karena dua alasan yaitu:
· Dia
direnggut dari akar-akar hubungannya oleh situasi (ketika manusia dilahirkan,
dia menjadi sendirian dan kehilangan ikatan alaminya)
· Fikiran
dan kebebasan yang dikemangkannya sendiri justru memutus ikatan alami dan
menimbulkan perasaan isolasi/tak berdaya.
Keberakaran
adalah kebutuhan untuk mengikat diri dengan kehidupan. Setiap saat orang
dihadapkan dengan dunia baru, dimana dia harus tetap aktif dan kreatif
mengembangkan perasaan menjadi bagian yang integral dari dunia. Dengan demikian
dia akan tetap merasa aman, tidak cemas, berada di tengah-tengah duania yang
penuh ancaman. Orang dapat membuat ikatan fiksasi yang tidak sehat, yakni
mengidentifikasikan diri dengan satu situasi, dan tidak mau bergerak maju untuk
membuat ikata baru dengan dunia baru.
3. Menjadi pencipta
(transcendency): Karena individu menyadari dirinya sendiri dari lingkungannya,
mereka kemudian mengenali betapa kuat dan menakutkan alam semesta itu, yang
membuatnya meras tak berdaya. Orang ingin mengatasi perasaan takut dan
ketidakpastian menghadapi kemarahan dan ketakmenentuan semesta. Orang membutuhkan
peningkatan diri, berjuang untuk mengatasi sifat fasif dikuasai alam menjadi
aktif, bertujuan dan bebas, berubah dari makhluk ciptaan menjadi pencipta.
Seperti menjadi keterhubungan, transendensi bisa positif (menciptakan sesuatu)
atau negatif (menghancurkan sesuatu).
4. Kesatuan
(unity): Kebutuhan untuk mengatasi eksistensi keterpisahan antara hakikat
binatang dan non binatang dalam diri seseorang. Keterpisahan, kesepian, dan
isolasi semuanya bersumber dari kemandirian dan kemerdekaan “untuk apa orang
mengejar kemandirian dan kemerdekaan kalau hasilnya justru kesepian dan
isolasi?” dari dilema ini muncul kebutuhan unitas. Orang dapat mencapai unitas,
memperoleh kepuasan (tanpa menyakiti orang lain dan diri sendiri) kalau hakikat
kebinatangan dan kemanusiaan itu bisa didamaikan, dan hanya dengan berusaha
untuk menjadi manusia seutuhnya melalui berbagi cinta dan kerjasama dengan
orang lain.
5. Identitas
(identity): Kebutuhan untuk menjadi “aku”, kebutuhan untuk sadar dengan dirinya
sendiri sebagai sesuatu yang terpisah. Manusia harus merasakan dapat mengontrol
nasibnya sendiri, harus bisa membuat keputusan, dan merasa bahwa hidupnya
nyata-nyata miliknya sendiri. Misalnya orang primitif mengidentifikasikan diri
dengan sukunya, dan tidak melihat dirinya sendiri sebagai bagian yang terpisah
dari kelompoknya.
Kebutuhan
untuk memahami dan beraktivitas
1) Kerangka
orientasi (frame of orientaion): Orang membutuhkan peta mengenai dunia sosial
dan dunia alaminya; tanpa peta itu dia akan bingung dan tidak mampu bertingkah
laku yang ajeg-mempribadi. Manusia selalu dihadapkan dengan fenomena alam yang
membingungkan dan realitas yang menakutkan, mereka membutuhkan hidupnya menjadi
bermakna. Dia berkeinginan untuk dapat meramalkan kompleksitas eksistensi.
Kerangka orientasi adalah seperangkat keyakinan mengenai eksistensi hidup,
perjalanan hidup-tingkah laku bagaimana yang harus dikerjakannya, yang mutlak
dibutuhkan untuk memperoleh kesehatan jiwa.
2) Kerangka
kesetiaan (frame of devotion): Kebutuhan untuk memiliki tujuan hidup yang
mutlak. Orang membutuhkan sesuatu yang dapat menerima seluruh pengabdian
hidupnya, sesuatu yang membuat hidupnya menjadi bermakna. Kerangka pengabdian
adalah peta yang mengarahkan pencarian makna hidup, menjadi dasar dari
nilai-nilai dan titik puncak dari semua perjuangan.
3) Keterangsangan-
stimulasi (excitation-stimulation): Kebutuhan untuk melatih sistem syaraf,
untuk memanfaatkan kemampuan otak. Manusia membutuhkan bukan sekedar stimulus
sederhana (misalnya: makanan), tetapi stimuli yang mengaktifkan jiwa (misalnya:
puisi atau hukm fisika). Stimuli yang tidak cukup direaksi saat itu, tetapi
harus direspon secara aktif, produktif, dan berkelanjutan.
4) Keefektivan
(effectivity): Kebutuhan untuk menyadari eksistensi diri melawan perasaan tidak
mampu dan melatih kompetensi/kemampuan.
MEKANISME
MELARIKAN DIRI DARI KEBEBASAN
Masyarakat kapitalis kontemporer
menempatkan orang sebagai korban dari pekerjaan mereka sendiri. Konflik antara
kecenderungan mandiri dengan ketidakberjayaan dapat merusak kesehatan mental.
Menurut Fromm, ciri orang normal atau yang mentalnya sehat adalah orang yang
mampu bekerja produktif sesuai dengan tuntutan lingkungan sosialnya, sekaligus
mampu berpartisipasi dalam kehidupan sosial yang penuh cinta. Menurut Fromm,
normalitas adalah keadaan optimal dari pertumbuhan (kemandirian) dan
kebahagiaan (kebersamaan) dari individu. Pada dasarnya ada dua cara untuk
memperoleh makna dan kebersamaan dalam kehidupan diantaranya:
1. Mencapai
kebebasan positif yakni berusaha menyatu dengan orang lain, tanpa mengorbankan
kebebasan dan integritas pribadi. Ini adalah pendekatan optimistik dan
altruistik, yang menghubungkan diri dengan orang lain melalui kerja dan cinta,
melalui ekspresi perasaan dan kemampuan intelektual yang tulus dan terbuka.
Oleh Fromm disebut pendekatan humanistik, yang membuat orang tidak merasa
kesepian dan tertekan, karena semua menjadi saudara dari yang lain.
2. Memperoleh rasa aman denagn
meninggalkan kebebasan dan menyerahkan bulat-bulat individualitas dan
intehritas diri kepada sesuatu (bisa orang atau lembaga) yang dapat memberi
rasa aman. Solusi semacam ini dapat menghilangkan kecemasan karena kesendirian
dan ketidakberdayaan, namun menjadi negatif karena tidak mengizinkan orang mengekspresikan
diri, dan mengembangkan diri. Cara memperoleh rasa aman dengan berlindung di
bawah kekuatan lain disebut Fromm mekanisme pelarian. Mekanisme pelarian
sepanjang dipakai sekali waktu, adalah dorongan yang normal pada semua orang,
baik individual maupun kolektif. Ada tiga mekanisme pelarian yang terpenting,
yakni otoritarianisme, destruktif, dan konfomitas.
a.
Otoritarianisme (authoritarianism)
Kecenderungan
untuk menyerahkan kemandirian diri dan menggabungkannya dengan seseorang atau
sesuatu di luar dirinya, untuk memperoleh kekuatan yang dirasakan tidak
dimilikinya. Kebutuhan untuk menggabung dengan partner yang memiliki kekuatan
bisa merupakan masokisme dan sadisme. Masokisme merupakan hasil dari perasaan
dasar tidak beraya, lemah, inferior yang dibawa, sehingga kekuatan itu tertuju
atau menindas dirinya. Masokisme merupakan bentuk tersembunyi dari perjuangan
memperoleh cinta dan kesetiaan, tetapi tidak memberi sumbangan positif
kekemandirian. Sedangkan sadisme dipakai untuk meredakan kecemasan dasar
melalui penyatuan diri dengan orang lain atau institusi. Sadisme juga merupakan
bentuk neurotik yang lebih parah dan lebih berbahaya (karena mengacam orang
lain) dibanding masokisme.
b.
Perusakan (destruktiveness)
Destruktif
berakar pada perasaan kesepian, isolasi, dan tak berdaya. Destruktif mencari
kekuatan tidak melalui membangun hubungan dengan pihak luar, tetapi melalui
usaha membalas/merusak kekuatan orang lain, individu, bahkan negara dapat
memakai strstegi destruktif , merusak orang atau obyek, dalam rangka memperoleh
perasaan kuat yang hilang.
c.
Penyesuaian (conformity)
Bentuk
pelarian dari perasaan kesepian dari isolasi berupa penyerahan individualitas
dan menjadi apa saja seperti yang diinginkan kekuatan dari luar. Orang menjadi
robot, mereaksi sesuatu persis seperti yang direncanakan dan mekanis menuruti
kemauan orang lain.
v Contoh Kasus
Budi adalah
seorang remaja berusia 17 tahun, Ia masih berstatus sebagai siswa SMAN 39
Jakarta. Ia mengalami krisis jati diri, Ia membutuhkan pengakuan dari
teman-temannya, karena Ia selalu merasa minder saat tampil di depan kelas,
teman-temannya selalu menertawainya karena penampilannya yang culun. Ia
terinspirasi menjadi seperti kakaknya yang sudah kuliah, kakak laki-lakinya
berpenampilan keren dan pandai bergaul, maka dari itu Budi merubah
penampilannya agar mirip seperti kakaknya dan mendapatkan teman yang banyak.
ABRAHAM MASLOW
Abraham Maslow adalah teoretikus yang banyak memberi inspirasi dalam teori
kepribadian.Ia juga seorang psikolog yang berasal dari Amerika dan menjadi
seorang pelopor aliran psikologi humanistik. Ia terkenal
dengan teorinya tentang hirarki kebutuhan manusia.
Menurut Maslow, manusia
termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah
(bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).
Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis/
dasar
2. Kebutuhan akan rasa aman
dan tentram
3. Kebutuhan untuk dicintai
dan disayangi
4. Kebutuhan untuk dihargai
5. Kebutuhan untuk
aktualisasi diri
Dalam hal ini saya akan
membahas tokoh yang memiliki kesehatan mental yang baik berdasarkan teori
humanistik. Tokoh tersebut dalah BJ Habibie. Saya mengagumi beliau karena
beliau dapat mengaktualisasikan diri nya dengan baik dengan melalui tahap-tahap
sebelumnya dan dikenal baik oleh banyak orang karena pernah menjabat
sebagai Presiden ke-3 Indonesia selama 1.4 tahun dan 2 bulan menjadi Wakil
Presiden RI ke-7 dan prestasi-prestasinya yang membanggakan. Berikut akan
saya jabarkan tahapan-tahapan yang dilalui BJ Habibie berdasarkan teori Maslow:
1. Kebutuhan fisiologis /
dasar (basic needs)
Sebagai manusia biasa,
Habibie juga memerlukan kebutuhan-kebutuhan fisiologis. Kebutuhan
fisiologis yang dapat terpenuhi yaitu seperti kebutuhan akan udara, makan,
minum dan seksualitas. Kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan yang paling utama
untuk dipenuhi. dan jika kebutuhan dasar sudah terpenuhi maka beliau akan
mencari tahap berikutnya yaitu kebutuhan akan rasa aman.
2. Kebutuhan akan rasa aman
dan tentram (safety needs)
Jenis kebutuhan yang kedua
yaitu, kebutuhan akan rasa aman. Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan
dengan jaminan keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan,
situasi yang bisa diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas dan sebagainya.
Sebagai seorang yang penting pada saat itu, BJ Habibie berhak mendapatkan
keamanan yang baik, beliau memerlukan keamanan yang ekstra ketat untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan/ ancaman dari lingkungan sekitar.
3. Kebutuhan untuk
dicintai dan disayangi (belongingness and love needs)
Setelah kebutuhan pertama
dan kedua telah terpenuhi, maka munculah kebutuhan yang ketiga yaitu kebutuhan
akan dicintai dan disayangi. Pada tahun 1962, BJ Habibie menikahi
teman SMA-nya, Ibu Hasri Ainun Besari yang sangat setia mendampingi masa pemerintahannya. Dan
hidup bahagia dengan dikaruniai 2 orang putra yang sangat menyayanginya. Ia
juga memiliki hubungan yang baik dengan kerabat nya dan juga dicintai
rakyat-rakyatnya karena sifatnya yang rendah hati.
4. Kebutuhan untuk dihargai
( esteem needs)
Ketika tiga kebutuhan
diatas sudah cukup terpenuhi, maka akan munculah kebutuhan keempat yang
merupakan kebutuhan penghargaan / kebutuhan untuk dihargai. Untuk mencapai apa
yang ia citaka-citakan itu tidak mudah, harus melalui beberapa usaha yang cukup
keras. Habibie pernah menjadi mahasiswa Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung(ITB), Selama menjadi
mahasiswa, BJ Habibie sudah mulai bekerja untuk menghidupi keluarganya dan
biaya studinya. Setelah itu, beliau Habibie mengeluti bidang Desain dan
Konstruksi Pesawat di Fakultas Teknik Mesin. Selama lima tahun studi di Jerman
akhirnya Habibie memperoleh gelar Dilpom-Ingenenieur atau diploma teknik.
Setelah perjalanan yang cukup panjang, beliau menjabat sebagai wakil presiden
RI. Pemikiran-pemikiran Habibie yang “high-tech”pada masa itu menarik perhatian
Pak Harto yang pada waktu itu menjabat sebagai presiden RI. Bisa dikatakan
bahwa Soeharto mengagumi pemikiran Habibie, sehingga pemikirannya dengan mudah
disetujui pak Harto. Pak Harto pun setuju menganggarkan “dana ekstra” untuk
mengembangkan ide Habibie. Dan akhirnya BJ Habibie pun diangkat menjadi seorang
presiden RI pada tahun 1999.
5. Kebutuhan untuk
aktualisasi diri (self actualization)
Masa kejayaan Bj
Habibie pun tak berhenti dalam perannya sebagai presden RI saja. Iaberkembang
terus dalam hidupnya maka untuk selanjutnya ia dapat meraih kebutuhan yang
tertinggi yaitu aktualisasi diri (self actualization). Tahun 1965,
Habibie menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor
Teknik) dengan indeks prestasi summa cum laude. Setelah
lulus, BJ Habibie bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm atau MBB Hamburg
(1965-1969 sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur
Pesawat Terbang. Atas kinerja dan kebriliannya, 4 tahun kemudian, ia dipercaya
sebagai Vice President sekaligus Direktur Teknologi di
MBB periode 1973-1978 serta menjadi Penasihast Senior bidang teknologi untuk
Dewan Direktur MBB (1978 ). Dialah menjadi satu-satunya orang Asia
yang berhasil menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang Jerman.
BJ Habibie dapat mengaktualisasikan dirinya dengan baik, karena Sebelum
memasuki usia 40 tahun, karir Habibie sudah sangat cemerlang, terutama dalam
desain dan konstruksi pesawat terbang. Habibie menjadi “permata” di negeri
Jerman dan iapun mendapat “kedudukan terhormat”, baik secara materi maupun
intelektualitas oleh orang Jerman. Tidak hanya itu, Habibie berhasil
mengimplementasikan visinya yakni membawa Indonesia menjadi negara industri
berteknologi tinggi dengan menciptakan sebuah pesawat terbang. Ia mendorong
adanya lompatan dalam strategi pembangunan yakni melompat dari agraris langsung
menuju negara industri maju.Visinya yang langsung membawa Indonesia menjadi
negara Industri mendapat pertentangan dari berbagai pihak, baik dalam maupun
luar negeri.Selain itu,Habibie merupakan presiden RI pertama yang menerima
banyak penghargaan terutama di bidang IPTEK baik dari dalam negeri maupun luar
negeri. Jasa-jasanya dalam bidang teknologi pesawat terbang mengantarkan beliau
mendapat gelar Doktor Kehormatan (Doctor of Honoris Causa) dari berbagaai Universitas terkemuka dunia, antara
lain Cranfield Institute of Technology dan Chungbuk University. Dan dengan
demikianlah ia telah sampai pada tahap yang terakhir tahap dimana beliau dapat
mengaktualisasikan dirinya dengan baik.
v Contoh Kasus
Bayi yang baru
lahir, membutuhkan ASI sebagai asupan makanannya selama bayi itu belum dapat
mengunyah makanan. Setelah bayi meminum ASI ia akan melakukan pembuangan.
Begitu bayi merasa cukup akan kebutuhan dasarnya tersebut, bayi menuntut adanya
rasa aman dr kedua orangtuanya, setelah mulai beranjak balita dan anak-anak,
anak membutuhkan adanya rasa kasih sayang dan perhatian orang tua. Dan pada
saat di lingkungan, anak membutuhkan status atau dihargai sebagai anak, anak
butuh pengakuan dari orang tua, dan lingkungannya, kemudian, mengaktualisasikan
apa yang ingin ia capai.
ROGERS
Carl
Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago.
Rogers meninggal dunia pada tanggal 4 Februari 1987 karena serangan jantung.
Latar belakang: Rogers adalah putra keempat dari enam bersaudara. Rogers
dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran protestan
fundamentalis yang terkenal keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan etika.
Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran
fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide – ide dan konsep
teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman -pengalaman terapeutiknya.(Schultz
1991)
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal
dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered)
(Clifford 1986). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai
terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud,
Namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap
bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang
kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara ,
kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari
kecenderungan alamiah. Teori Rogers didasarkan pada suatu “daya hidup” yang
disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut
diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan
bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk
hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa
yang terbaik bagi keberadaannya.Dari dorongan tunggal inilah, muncul
keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog
lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman
dan rasa cinta, dan sebagainya.(George 2008)
Rogers
membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1.
Kognitif (kebermaknaan)
2.
experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah
satu dari teori holistik, namun keunikan teori adalah sifat humanis yang
terkandung didalamnya. Teori humanistik Rogers pun menpunyai berbagai nama
antara lain : teori yang berpusat pada pribadi (person centered),non-directive,
klien (client-centered), teori yang berpusat pada murid (student-centered),
teori yang berpusat pada kelompok (group centered), dan person
to person). Namun istilahperson centered yang sering digunakan
untuk teori Rogers.
Asumsi dan Prinsip Dasar Teori
1.
Kecenderungan formatif : Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik
tersusun dari hal-hal yang lebih kecil.
2.
Kecenderungan aktualisasi: Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak
menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual
mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.
Ide pokok dari teori-teori Rogers yaitu individu
memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup,
dan menangani masalah-masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi
yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri. (Schultz
1991)
Carl Rogers mengembangkan teorinya dari
penelitiannya bersama pasien dan klien di klinik. Rogers merasa terkesan dengan
apa yang ia lihat saat kecenderungan bawaan individu yang bergerak ke arah
pertumbuhan, maturitas, dan perubahan positif. Ia menjadi yakin bahwa kekuatan
dasar yang memotivasi organisme manusia adalah kecenderungan beraktualisasi –
suatu kecenderungan ke arah pemenuhan atau aktualisasi semua kapasitas
organisme. Organisme yang tumbuh mencari cara untuk memenuhi potensinya di
dalam batas-batas hereditasnya. Seseorang mungkin tidak selalu dengan jelas
merasakan tindakan mana yang menyebabkan pertumbuhan dan tindakan mana yang
regresif. Tetapi jika jalan itu jelas, individu memilih untuk tumbuh ketimbang
regresi. Rogers tidak menyangkal bahwa terdapat kebutuhan lain, sebagian
darinya adalah biologis., tetapi ia memandang semuanya itu sebagai patuh kepada
motivasi organisme untuk meningkatkan dirinya. Keyakinan Rogers akan keunggulan
aktualisasi membentuk dasar terapi terpusat klien yang bersifat nondirektif.
Metoda psikoterapi ini berpendapat bahwa semua individu memiliki motivasi dan
kemampuan untuk berubah dan individu adalah orang yang paling berkualifikasi
untuk menentukan arah perubahan tersebut. Peran ahli terapi adalah sebagai
papan pantul sementara individu mengeksplorasi dan menganalisis masalahnya.
Pendekatan ini berbeda dari tipe psikoanalitik, di mana ahli terapi
menganalisis pengalaman pasien untuk menentukan masalah dan menyarankan suatu
tindakan pengobatan. Inti dari konsep dalam teori kepribadian Rogers
adalah diri (self). Diri, atau konsep-diri (Rogers menggunakan
keduanya), menjadi inti teotinya. Diri terdiri dari semua ide, persepsi, dan
nilai-nilai yang mengkarakterisasi “saya” atau “aku” ; ia mencakup kesadaran
“apa saya” dan “ apa yang dapat saya lakukan.” Selanjutnya diri yang dihayati
ini mempengaruhi persepsi seseorang tentang dunia dan perilakunya. Sebagai
contohnya, wanita yang merasa dirinya kuat dan kompeten akan menghayati dan
bertindak di dunia dengan cara yang sangat berbeda dari wanita yang menganggap
dirinya lemah dan tidak berguna. Konsep diri tidak selalu mencerminkan realita
: seseorang mungkin sangat berhasil dan terhormat tetapi masih memandang
dirinya sendiri sebagai orang yang gagal.
Detail Teori
Menurut
Rogers, individu menilai setiap pengalaman berkaitan dengan konsep diri. Orang
ingin bertindak dalam cara yang konsisten dengan citra-dirinya ; pengalaman dan
perasaan yang tidak konsisten adalah mengancam dirinya dan tidak diterima oleh
kesadaran. Ini pada dasarnya adalah konsep represi freud, walaupun Rogers
menganggap represi tersebut tidak diperlukan atau permanen. (Freud mengatakan
bahwa represi tidak dapat dihindari dan sebagian aspek pengalaman individu
selalu tetap berada dibawah sadar.
Semakin
banyak pengalaman yang disangkal oleh seseorang karena tidak konsisten dengan
konsep dirinya, semakin lebar jurang antara dirinya dan realita dan semakin
besar kemungkinan timbulnya ketidakmampuan menyesuaikan diri. Seorang individu
yang konsep dirinya tidak sejalan dengan perasaan dan pengalaman pribadi harus
melindungi dirinya sendiri dari kebenaran karena kebenaran akan menyebabkan
kecemasan. Jika ketidaksesuaian itu menjadi terlalu besar, pertahanan mungkin
runtuh, menyebabkan kecemasan yang berat atau gangguan emosional lain.
Sebaliknya,
orang yang mampu menyesuaikan diri memiliki konsep diri yang konsisten dengan
pikiran, pengalaman, dan perilaku ; diri tidak kaku tetapi fleksibel, dan dapat
berubah saat ia mengasimilasi pengalaman dan ide baru.
Diri lain dalam teori Rogers adalah diri yang ideal. Kita
semua memiliki konsepsi jenis orang yang diri kita inginkan menjadi sepertinya.
Semakin dekat diri ideal dengan diri nyata, semakin penuh dan gembira individu
yang bersangkutan. Ketidaksesuaian yang besar antara diri ideal dan diri nyata
menghasilkan orang yang tidak puas dan tidak gembira.
Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin
yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku
dari yang bukan aku. Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep
diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua
konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi,
yaitu Incongruence dan Congruence. Incongruence adalah
ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai
pertentangan dan kekacauan batin. Sedangkan Congruence berarti
situasi di mana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep
diri yang utuh, integral, dan sejati. Setiap manusia memiliki kebutuhan
dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari
orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang
terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat)
dan unconditional positive regard (tak bersyarat, Schultz
1991).
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi
sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa
syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri
sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung
untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully
human being):
1.Keterbukaan pada pengalaman
Orang
yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan
fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan
mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positif maupun negatif.
2. Kehidupan Eksistensial
Kualitas
dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya
sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan
cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
3. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman
akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu
sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar
(timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi
dari suatu situasi dengan sangat baik.
4. Perasaan Bebas
Orang
yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan –
paksaan atau rintangan – rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan.
Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai
kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak
pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan
dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
5. Kreativitas
Keterbukaan
diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan
mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri – ciri bertingkah
laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai
respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.
(Schultz 1991)
Kedudukan Pengasuhan dalam Teori
Rogers mengatakan bahwa orang-konsep diri sering
tidak sama persis dengan kenyataan. Sebagai contoh, seseorang mungkin
menganggap dirinya sangat jujur tetapi sering berbohong kepada atasannya
tentang mengapa ia terlambat untuk bekerja. Rogers menggunakan istilah ketidaksesuaian untuk
mengacu pada kesenjangan antara konsep diri dan realitas.Kesesuaian, di
sisi lain, adalah pertandingan yang cukup akurat antara konsep diri dan
realitas. Menurut Rogers, orangtua mempromosikan ketidaksesuaian jika mereka
memberi anak-anak mereka cinta bersyarat. Jika orang tua menerima anak hanya
bila anak berperilaku dengan cara tertentu, anak kemungkinan untuk memblokir
pengalaman yang dianggap tidak dapat diterima. Di sisi lain, jika orang tua
menunjukkan kasih tanpa syarat, anak dapat mengembangkan kongruensi. Orang dewasa
yang orang tuanya dalam pengasuhan memberikan cinta bersyarat, di masa dewasa
akan terus mengubah pengalaman mereka dalam rangka agar merasa diterima.
Pengasuhan sangat penting kedudukannya dimana
orangtua yang memberikan pengasuhan yang baik dapat memberikan kebutuhan penghargaan
positif tanpa syarat dimana dengan terpenuhinya kebutuhan tersebut
anak akan menjadi fungsional. Ini berarti mereka merasa dirinya dihargai oleh
orangtua dan orang lain walaupun perasaan, sikap, dan perilakunya kurang dari ideal.
Jika orangtua hanya memberikan penghargaan positif tanpa syarat, menilai anak
hanya jika ia bertindak, berpikir, atau berperasaan dengan benar, anak
kemungkinan mengalami distorsi konsep dirinya. Sebagai contohnya, perasaan
kompetisi dan permusuhan kepada adik bayi dan biasanya menghukum tindakan
tersebut. Anak agaknya harus mengintegrasikan pengalaman ini ke dalam konsep
diri mereka. Mereka mungkin memutuskan bahwa orangtua tidak menyukai
mereka dan demikian merasa ditolak. Atau mereka mungkin menyangkal perasaan
mereka dan memutuskan mereka tidak ingin memukul adik. Tiap sikap itu
mengandung distorsi kebenaran. Alternatif ketiga adalah yang paling mungkin
diterima oleh anak-anak, tetapi dalam melakukannya, mereka menyangkal perasaan
yang sesungguhnya diri mereka, yang kemudian menjadi tidak disadari. Semakin
orang didorong untuk menyangkal perasaannya sendiri dan menerima nilai-nilai
orang lain, semakin tidak nyaman perasaan mereka tentang dirinya sendiri.
Rogers menyatakan bahwa pendekatan terbaik bagi orangtua adalah mengenali
perasaan anak sebagai sesuatu yang nyata sambil menjelaskan alasan mengapa
perbuatan memukul tidak dapat diterima.
v Contoh Kasus
Budi berada dalam posisi dewasa awal, Ia adalah seorang pekerja
keras, Ia mempunyai prinsip tidak mau lagi bergantung pada orangtuanya setelah
mendapat pekerjaan selepas lulus kuliah. Tetapi ibunya tidak bisa jauh-jauh
dari Budi. Sebenarnya Andi tidak tega melihat kesedihan ibunya yang tidak bisa
jauh darinya, akan tetapi Budi berpegang teguh pada prinsipnya bahwa selepas ia
mendapat pekerjaan, ia akan tinggal di rumah yang ia beli dengan hasil kerja
kerasnya.